Dampak Globalisasi Terhadap Perkembangan Musik Tradisional Indonesia
Globalisasi, tanpa terkecuali, telah memberi dampak besar dalam perkembangan musik tradisional Indonesia. Profesor Musikologi, Dr. Slamet Abdul Sjukur, mengatakan, "Musik tradisional Indonesia sedang dalam ancaman serius akibat pengaruh musik barat yang kuat". Kehilangan esensi dan ciri khas lokal menjadi dampak nyata yang dapat dilihat. Musik tradisional seperti gamelan, angklung, dan sasando mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Sebaliknya, genre pop, hip hop, dan rock mendapat tempat di hati masyarakat, terutama generasi muda. Pengamat musik, Bens Leo, menyoroti, "Generasi muda lebih tertarik pada musik barat karena pengaruh media dan teknologi". Lebih jauh lagi, bahkan musik tradisional kita sering ‘dipinjam’ dan diklaim oleh negara lain. Contohnya adalah kasus klaim Malaysia terhadap beberapa alat musik tradisional Indonesia.
Namun, di sisi lain, globalisasi juga membuka peluang bagi musisi Indonesia untuk memperkenalkan musik tradisional ke dunia internasional. Misalnya, grup musik Bali, Navicula, sukses memadukan genre rock dengan alat musik tradisional seperti gamelan dalam konser mereka di Australia.
Upaya Pelestarian Musik Tradisional Indonesia di Era Globalisasi
Menanggapi fenomena ini, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan musik tradisional Indonesia. Pemerintah, misalnya, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mulai memasukkan materi tentang musik tradisional dalam kurikulum sekolah. "Kami berharap dengan ini, cinta generasi muda terhadap musik tradisional dapat ditingkatkan," kata Mendikbud, Nadiem Makarim.
Selain itu, berbagai festival musik tradisional juga digelar setiap tahunnya. Festival Musik Tradisional Nusantara, misalnya, menjadi ajang bagi para seniman dan musisi untuk memperkenalkan dan mempromosikan musik tradisional Indonesia kepada masyarakat luas.
Hadirnya teknologi juga dimanfaatkan untuk melestarikan musik tradisional. Beberapa aplikasi musik, misalnya, mulai menyediakan lagu-lagu tradisional dalam katalog mereka. Bahkan ada beberapa musisi yang mulai menciptakan musik kontemporer dengan nuansa tradisional, seperti Tony Prabowo dan Dewa Alit, yang sukses menarik perhatian publik lewat karya-karya mereka.
Dalam rangka melestarikan musik tradisional, penting untuk mengubah pandangan bahwa musik tradisional adalah ‘kuno’ dan ‘jauh dari trend’. "Musik tradisional harus dipandang sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dikembangkan, bukan hanya dipandang sebagai hiburan semata," kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.
Dengan demikian, meski globalisasi memberikan dampak negatif bagi perkembangan musik tradisional Indonesia, tetapi berbagai upaya yang dilakukan dapat membantu melestarikan dan mengembangkan musik tradisional. Hal ini penting agar musik tradisional Indonesia tidak hanya tetap hidup, tapi juga dapat berkembang dan diterima oleh generasi muda.